ELECTRONIC DANCE MUSIC
Musik elektronik
muncul pertama kali di pertengahan abad ke-19. Akan tetapi, instrumen-instrumen
musik elektronik pertama yang digunakan dalam komposisi-komposisi musik adalah Etherophone
dan Rhythmicon, diciptakan oleh Leon Theremin di abad ke-20.
Seiring berkembangnya teknologi, perangkat-perangkat penyintesis musik (dikenal
sebagai synthesizer) yang awalnya hanya ada di studio-studio rekaman
musik kini dapat Anda miliki sendiri di rumah. Anda juga dapat menggunakannya
bersama band Anda, sebagai bagian dari komposisi musik Anda. Kini, Anda
dapat melewati proses aransemen dan rekaman musik elektronik dengan lebih
mudah. Tidak hanya dapat dilakukan di studio musik, Anda juga bahkan dapat
melakukannya saat bepergian dengan mobil atau pesawat.
Maraknya
lagu-lagu elektronik bikin kita pengin berkenalan lebih jauh sama EDM (Electronic
Dance Music). Yuk, kita tengok perkembangan EDM di tiap zaman dan para DJ
yang ngetren kala itu.
Apa itu EDM?
Sebelumnya,
kita berkenalan dulu dengan jenis musik satu ini. EDM banyak dikenal orang
sebagai musiknya orang dugem, atau musik dance, atau juga diketahui
sebagai musik yang diproduksi oleh para DJ (disc jockey). EDM
atau kepanjangan dari electronic dance music memang berhubungan dengan
kehidupan malam, lantai dansa, dan disc jockey (DJ) atau produser
musik elektronik. Tapi, ada penjelasan lebih jauh tentang musik elektronik yang
selalu menjamur di kalangan remaja di tiap zaman ini.
Electronic
dance music adalah produksi musik melalui berbagai instrumen elektronik
seperti synthesizer, midi keyboard, turntable, mixer, bass, dan
sebagainya. Di masa kini, EDM bahkan bisa diproduksi melalui berbagai aplikasi
komputer. Makanya, para DJ dan produser sering tampil dengan menggunakan laptop
mereka. Musik-musik yang dihasilkan merupakan gabungan dari berbagai
instrument elektronik tersebut.
EDM di tiap zaman
1960s: Ini adalah
masa kelahiran musik elektronik. Pada era itu, instrumen elektronik yang dipakai
antara lain bass dan beberapa synthesizer. Musik-musik pop
dan rock mulai menambahkan instrumen tersebut ke dalam lagu-lagu mereka.
Misalnya saja band legendaris The Beach Boys di lagu Good Vibrations (1966). EDM memang
belum akrab di telinga para pecinta musik pada masa itu. Tapi ada satu produser
dari Australia, Val
Stephen, yang merilis satu album penuh EDM di era itu. Setelah
itu, banyak produser yang mulai memanfaatkan instrumen elektronik walau lebih
digunakan untuk mengatasi masalah teknis suara.
1970s: Era ini terkenal banget sebagai
kejayaan musik disko. EDM yang terkenal pada masa itu pun merupakan musik
elektronik disko. Penyanyi seperti Donna Summer atau band seperti Bee Gees
adalah artis disko yang populer di era ini. Mereka mulai menggunakan sentuhan
musik elektronik di jaman itu. Enggak cuma musik disko, muncul pula subgenre
synthpop yang mulai diminati masyarakat. Di era 70an
mulai muncul juga band yang berfokus pada musik elektronik dan synthpop yaitu
Kraftwerk asal Jerman yang terkenal dengan salah satu albumnya, Autobahn (1974).
1980s: Setelah kepopuleran Kraftwerk di
era 70-an, synthesizer pun jadi instrumen musik elektronik yang
dominan pada era 80-an. Kemunculan genre alternatif seperti synthpop pun
kemudian menggeser eksistensi musik disko 70-an. Kraftwerk tetap mempopulerkan
EDM mereka di era ini. Selain itu, di era ini juga mulai muncul sebuah budaya
DJ dengan DJ-DJ terkenal seperti Larry Levan dan Frankie Knuckles.
1990s: Penggunaan komputer mulai banyak
digunakan musik elektronik pada era ini. Dengan perkembangan teknologi dan
komputer, membuat semakin banyak orang dapat memproduksi musik elektronik
mereka sendiri. Wilayah Eropa terutama Jerman menjadi saksi kemunculan DJ dan
produser musik elektronik ternama. DJ seperti Paul Van Dyk
jadi salah satu nama penting dalam dunia musik elektronik khususnya subgenre
musik trance pada era itu. Beberapa musiknya yang terkenal adalah remix
lagu Love Stimulation karya Humate dan hit single Paul
yang berjudul For an Angel.
2000s: Di era ini, EDM makin berkembang.
Mulai muncul juga berbagai sub-genre seperti trap (hip-hop
elektronik), dubstep, nu-disco, dan electro house.
Salah satu artis EDM beraliran nu-disco adalah duo asal
Prancis Daft
Punk yang namanya mulai terkenal di akhir 1990-an dan awal
2000-an. Beberapa DJ lain yang mungkin namanya udah enggak asing lagi merupakan
artis EDM nu-disco dan electro house era ini bahkan hingga
sekarang yaitu Calvin
Harris, David Guetta, Deadmau5, dan Avicii. Selain itu, ada pula genre trap yang
mulai dikenal dengan kemunculan duo DJ Flosstradamus di
era 2000-an.
2010s: Sekarang, EDM tetap menjamur.
Sub-genre dubstep menjadi semakin dikenal di era ini. Begitu juga
dengan electro house kian bermunculan di jaman 2010-an. Genre electro
pop pun semakin dikenal masyarakat. Para DJ 2000-an terlihat sering
melakukan kolaborasi dengan penyanyi-penyanyi ternama. Misalnya, Calvin Harris
berkolaborasi dengan Rihanna dalam lagu We Found Love dan David
Guetta feat. Usher dengan lagu Without You. Di
awal era ini, dubstep jadi musik yang cukup digemari berbagai
kalangan. Apalagi dengan kepopuleran Skrillex dengan yang
memproduksi musik dubstep di lagu First of the Year (Equinox).
Zedd adalah DJ asal Jerman yang
belum lama ini manggung di Djakarta Warehouse Project 2013. Cowok bernama asli
Anton Zaslavski ini punya musik yang enak banget seperti lagu hits-nya Clarity
yang berkolaborasi dengan Foxes. Selain itu, EDM juga kedatangan
produser muda asal Inggris yaitu Disclosure. Settle,
debut album duo bersaudara Guy dan Howard Lawrence ini bahkan langsung
mendapat nominasi Best Dance Album untuk Grammy Awards 2014.